No. 4 sekalipun, satu kali pun
Kapan partikel pun ditulis terpisah dan kapan ditulis serangkai?
1. Kita lihat dulu beberapa contoh yang
salah.
a. Ia sering ke Bali, tetapi satu kalipun ia belum pernah singgah ke rumah kami.
b. Apapun yang dimakannya, ia tetap kurus.
c. Kemanapun
ia pergi, pacarnya selalu mengikutinya.
Penulisan partikel pun pada
contoh-contoh di atas tidak benar. Penulisan pun yang benar harus
terpisah dari kata yang mendahuluinya, karena pun mengandung arti juga
yang merupakan adverbia.
2. Dengan demikian, penulisan partikel pun pada contoh-contoh di atas yang
benar adalah sebagai berikut.
a. Ia sering ke Bali, tetapi satu kali pun ia belum pernah singgah ke rumah kami.
b. Apa pun yang dimakannya ia tetap kurus.
c. Kemana pun ia pergi, pacarnya selalu
mengikutinya.
3. Pemakaian pun yang salah terdapat pada contoh kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Sekali pun ia sering ke Bali, satu kali pun belum pernah ia ke Pantai Lovina.
b. Kendati pun hari hujan, ia pergi juga ke
sekolah.
c. Biar pun tidak disetujui orang tuanya, Minako mau menikah dengan Wayan.
Penulisan pun pada contoh-contoh kalimat di atas salah, karena kata yang berikut dianggap
padu, dan harus ditulis serangkai. Jumlah kata seperti itu terbatas (hanya
12 kata), yaitu adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun.
4. Contoh-contoh kalimat yang salah di atas seharusnya diperbaiki sebagai
berikut.
a. Sekalipun ia sering ke Bali, satu kali pun belum ia ke Pantai Lovina.
b. Kendatipun hari hujan, ia pergi juga ke
sekolah.
c. Biarpun tidak disetujui orang tuanya, Minako mau menikah dengan Wayan.
Selain kelompok 12 kata yang terbatas di atas yang harus ditulis serangkai, pemakaian pun sebagai pengganti juga ditulis
terpisah. Camkan! Di mana pun Anda belajar, siapa pun pengajar Anda, bukan masalah
penting. Faktor utama terletak pada 3M (minat, motivasi, mawas diri) dalam dirimu
sendiri.
1. Minat. Apakah Anda masih memiliki minat untuk belajar bahasa Indonesia,
walaupun sulit? Dan minat tersebut masih segar atau sudah mulai layu
dan
pudar?
2. Motivasi. Motivasi apa yang mendorong Anda untuk belajar? Sekadar
coba-coba atau ingin mencapai sesuatu melalui bahasa Indonesia?
3. Mawas diri (introspeksi). Berapa besar hasil yang telah diperoleh dari belajar
selama ini? Sudah puaskah dengan apa yang tercapai atau ingin lebih
maju lagi?
Nah, coba renungkan sekali lagi dan perbarui tekad Anda. Semoga sukses!!!!!!
|